KEBUDAYAAN
DAN
PERADABAN
DALAM ISLAM
Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun
yang secara literal berarti peradaban
yang berarti juga kota berlandaskan
kebudayaan atau kebudayaan kota.
Landasan peradaban islam dalah kebudayaan islam terutama wujud idealnya, sementara
landasan kebudaan islam adalah agama. Dalam islam tidak seperti masyarakat
penganut agama yang lainnya, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan
kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka
agama islam adalah wahyu dari peradaban.
Peradaban merupakan kebudayaan yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan
tersebut tidak hanya berpengaruh di daerah asalnya tapi juga mempengaruhi
daerah-daeerah lain yang menjadikan kebudayaan tersebut berkembang.
PUNCAK
KEJAYAAN DALAM PERADABAN ISLAM
Seorang pemikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban
dunia berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan
Rasulullah Saw di Madinah (622-632M); Masa Daulat Khulafaur Rasyidin
(632-661M); Masa Daulat Umayyah (661-750M) dan Masa Daulat Abbasiyah (750-1258
M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun
1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan
dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber
internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi
umat manusia.
Era
Rasululloh SAW (622-632M) Dan Periode Daulat Khulafaur Rasyidin (632-661 M)
Kesuksesan Rasulullah Muhammad Saw dalam
membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun
waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan
10 tahun periode Madienah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu
kurang dari satu generasi, dimana beliau Saw telah berhasil memegang kendali
kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya
Romawi, Persia dan Mesir.
Generasi masa itu
merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh Swt:“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110).
Periode Daulat Umayyah
(661-750M)
Awal berlangsungya
periode Daulat Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah
kekuasaan.Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun
barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas.
Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah
Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang
disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Disamping ekspansi
kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai
bidang.Pada bidang pengembangan keilmuan.Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata dan mencetak mata uang.Peradaban Islam telah menguasai dunia
perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M).
Periode
Daulat Abbasiyah (132H/750M s.d. 656H/1258 M)
Masa Kedaulatan
Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun.Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih
memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam.Masa
Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang
sains, teknologi dan filsafat.
Masa sepuluh
Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan)
peradaban Islam.Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Pada masa pemerintahan Abbasiyah
pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah
(700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad
bin Hanbal (780-855 M).
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat
Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
1)
Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan
kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan,
diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi
Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya
penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di
seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu
Sina;
2)
Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil
perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari,
5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah
Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet
Motibus, dimana
terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
3)
Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan
pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891),
yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur
al-Ya’qubi historiae;
4)
Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa
teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).
Periode
Setelah Daulat Abbasiyah Sampai Tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani
Pada masa Khilafah Utsmani, para
ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M)
merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh
meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains dan politik.
Bermula dari
dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan),
diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya
diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau
enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Melalui
dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak
untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya
pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada
sumber-sumber Arab.
Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada
umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah
sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim
tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan.
TEKNOLOGI
DALAM PERADABAN ISLAM
Dengan rentang waku
yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, Kekhilafahan Abbasiyahmampu menunjukkan
pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam.Di era ini, telah lahir
ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia.Sebut
saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan
dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma).Ada Ibnu Sina (980-1037)
yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara.Bahkan namanya tekenal
di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya
Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat.Tak
ketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman
sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga
dan tidak pernah 7 atau 9.
Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak
dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka
sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di
negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang
disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat
2,5:1.Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan
sejarahnya.Lain lagi pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah, kekuatan militer
laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu, apalagi mereka menguasai Laut
Tengah.
Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai
pada awal abad ke-18.Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir.Saat itu
Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga
ahli.
Dinasti
Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya
diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain,
tradisi keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah.
Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam dalam Pengetahuan
dan Teknologi
a.
Eksternal
Kondisi
dan citra ummat dan ilmuwan Muslim saat ini sama sekali berbeda jauh dengan
zaman keemasan Islam dulu. Hal ini merupakan perwujudan dari proses eksternal
dan buah kelemahan internal yang cukup kompleks yang sampai saat ini masih
sering diseminarkan.
Sains
Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah setelah tahun 1800
disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja
menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri
lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem
kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan revolusi
industri di Inggris.
b. Internal
Banyak
ilmuwan, pakar sains dan teknologi Islam mencoba untuk mencari akar
permasalahan kemunduran sains ummat ini dan kemudian mencoba untuk mencari
solusi. Diantaranya, Prof. Dr. Abdus Salam, Ilmuwan Muslim yang mendapatkan
Nobel pada tahun 1978, mengutarakan bahwa umat Islam tertinggal dalam bidang
sains dan teknologi karena beberapa faktor diantaranya:
a. Tidak
mempunyai komitmen terhadap sains, baik sains terapan maupun sains murni.
b. Tidak
memiliki hasrat yang kuat untuk mengusahakan tercapainya kemandirian sains dan
teknologi (self reliance).
c. Tidak
membangunkan kerangka institutional dan legal yang cukup untuk mendukung
perkembangan sains.
d. Menerapkan
cara yang tidak tepat dalam menjalankan manajemen kegiatan di bidang sains dan
teknologi.
Langkah-langkah menuju
kebangkitan sains dan teknologi umat:
a.
Reorientasi Motivasi
b.
Integrasi sains dan Islam
c.
Dukungan Pemerintah dan masyarakat
d.
Kolaborasi dan soliditas
e.
Intensif menterjemahkan rujukan untuk
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para saintis muslim
f.
Upaya serius menciptakan stabilitas
ekonomi dan politik yang lebih baik.
g.
Bila ilmu diamalkan, maka Allah akan
beri lagi dia bermacam-macam ilmu yang dia belum ketahui. Sabda Rasulullah SAW
: Barang siapa yang mengamalkan apa yang dia tahu niscaya Allah akan berikan
ilmu yang dia tidak tahu.. (Riwayat Abu
Naim).
Ada
tiga upaya konkret yang bisa dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam
di masa lampau.Yang pertama adalah merapatkan barisan.Allah berfirman dalam QS
Ali Imran ayat 103 yang isinya “Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali
(agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.”Upaya lainnya adalah
kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam.
Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis
ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu
fardhu ‘ain adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan
cabang-cabangnya.Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran,
matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya.Sementara upaya ketiga adalah
dengan mewujudkan sistem yang berdasarkan syariah Islam.
FUNGSI
MASJID PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
Masjid bukan hanya untuk tatapan dan
ibadah namun, merupakan pusat dan nadi kegiatan.Al-Quran menjelaskan fungsi
masjid di dalam firman-Nya pada surah Al-Nur, ayat 36-37.
Ketika Rasulullah
berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang baginda lakukan ialah membina
masjid.Masjid pertama yang dibina oleh Rasulullah ialah Masjid Quba. Diantara
fungsi masjid pada zaman Rasulullah ialah:
1. Tempat
ibadat, terutama shalat
berjemaah.
2. Pusat
pendidikan Islam.
3. Pusat
perkembangan ilmu pengetahuan kerana masjid tempat ilmu pengetahuan disampaikan
baik dalam bidang akidah, syariat dan akhlak.
4. Sebagai
tempat berdakwah dan wahyu
disampaikan kepada sahabat.
5. Pusat
kegiatan kesusasteraan dan persuratan Islam.
6. Pusat
kegiatan sosial dan kehakiman dalam perkara yang berkaitan dengan nikah dan
penyelesaian masalah umat Islam.
7. Tempat
letaknya Baitulmal negara.
8. Tempat
persinggahan musafir dan tempat menyambut tetamu.
9. Tempat
membuat pelantikan dan pemilihan
pemimpin.
10. Tempat pertemuan dan perpustakaan
Antara sebab
masjid pada zaman silam mampu berperanan sedemikian luas ialah:
1.
Keadaan masyarakat yang bersatu padu dan
berpegang teguh kepada nilai keagamaan dan kebudayaan.
2.
Kemampuan pembina masjid menghubungkan
aspek sosial dan keperluan masyarakat dengan kegiatan masjid.
3.
Manifestasi pemerintahan terlaksana di
dalam masjid.
Masjid adalah
rumah Allah untuk beribadat kerana kesucian dan kemuliaannya hendaklah
dipelihara.Segala amalan atau perkara yang dianggap boleh mencemarkan kesucian
dan kemuliaan masjid tidak boleh dilakukan di dalam masjid.
BENTUK
BUDAYA ISLAM YANG MASUK KE BUDAYA INDONESIA
Menurut para ahli
kebudayaan, cakupan budaya adalah spiritual (pengalaman rohani), intelektual
(wawasan keilmuan), sikap artistik (rasa keindahan) yang dihasilkan oleh masyarakat,
termasuk tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum dan hubungan sosial. Dari
pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan Islam adalah
spiritual, intelektual, sikap artistik, tradisi, kebiasaan, adat, moral, hukum,
dan hubungan sosial yang dihasilkan oleh Nabi Muhammad saw. dan masyarakat
Islam dari waktu ke waktu.
Dari uraian
tersebut jika kita bahasakan dalam istilah sehari-hari yang sudah biasa kita
kenal, maka bentuk atau wujud kebudayaan Islam itu dapat berupa sebagai
berikut.
1.
Bidang politik dan pemerintahan
Pola
kepemimpinan dalam Islam baik ketika rasulullah masih hidup maupun ketika
beliau sudah meninggal terus berkembang, hal ini melandasi dasar keimanan
seseorang terhadap Allah dan rasulnya.Corak kepemimpinan pada masa Khullafaaurrasyidin,
pasti berbeda dengan corak kepemimpinan pada masa Dinasti Bani Ummayyah, dan
pada masa Dinasti Abbasiyah.
2.
Bidang sosial dan ekonomi
Islam
mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja yang tinggi.Ekonomi adalah modal
dasar untuk membangun umat agar tetap melanjutkan nilai-nilai perjuangan
menegakkan syariat Islam. Rasulullah adalah seorang pedagang yang jujur, beliau
telah mencontohkan kepada kita bagaimana cara mengembangkan wawasan
perekonomian pada waktu di Mekkah dan Madinah.
3.
Bidang pendidikan dan ilmu
pengetahuan
Rasulullah
mengajarkan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan,
dalam Islam pendidikan merupakan hal yang sangat penting.Masa keemasan pada
Dinasti Abbasiyah telah menunjukkan betapa Islam telah mampu memberikan
sumbangan berharga untuk kemajuan pengetahuan peradaban manusia.
4.
Bidang seni (seni suara, seni
musik, seni tari, seni rupa, dan seni arsitektur).
Kebudayaan manusia akan terus berkembang dari waktu
ke waktu, bukan dalam bidang seni membaca Al-Qur’an saja yang masuk dalam
kategori seni suara, seni musik pun berkembang pesat seperti rebana, kasidah,
nasid. Seni tari seperti tara ala Sufi, tari Saman dan seni rupa seperti
kaligrafi Al-Qur’an dan seni arsitektur atau seni bangunan.
terimaksih akhi atas ilmunya sangat bermanfaat..
BalasHapusterima kasih atas ilmunya.
BalasHapus